Lebih dari sekedar destinasi

Jumat, 04 Januari 2019

Krakatau Day 3: Memandang Langit yang Gelap Gulita di Atas Kapal



Jam 2 pagi kami mulai bangun lalu berangkat naik kapal. Gue baru kali ini juga, naik kapal terbuka kayak gini jam 3 pagi. Biasanya kan pas masih ada matahari. Dan tepat juga gue pilih tempat di paling atas, kita semua lanjutin tidur kita di kapal. Gue ga tidur, tapi tidur-tiduran, dingin, gelap gulita, beralaskan selendang, sambil memandang ke langit. Sayangnya gue ga bawa headset, pasti enak kalau sambil dengar lagu galau. Saat itu yang gue dengar malah suara ngorok orang-orang, haha. 





            Setelah matahari perlahan muncul, kita bisa melihat Anak Krakatau dari kejauhan. Jam 6, kita sampai di Pantai Anak Krakatau yang pasirnya berwarna hitam. Kita langsung dikasih makan berupa nasi goreng, di kotak sterofoam. Di sekitar pantai juga terdapat papan edukasi tentang sejarah Krakatau. Setelah di briefing, jam 7 kita mulai naik. Total waktu kita mulai naik, foto-foto di puncak, sampai turun lagi hanya 1,5 jam. Singkat, ya? Gunung Anak Krakatau memang tidak terlalu tinggi, hanya 300 Mdpl. Gue, yang biasanya menghindari tamasya ke gunung aja, bisa melaluinya kok tanpa bengek HAHA. Tapi walau perjalanan naik-turunnya singkat, untuk bisa sampai ke puncak, jalanannya cukup terjal.

















            Setelah dari Krakatau, masih ada 1 itinerary lagi yaitu snorkling di Spot Lagoon Cabe. Katanya sih, spot ini yang terbagus untuk snorkling, di trip ini. Jadi dengan beraninya, gue mencoba snorkling. Tapi apa yang terjadi? Gue harus menahan malu, karena ternyata sebagian besar orang di kapal itu tidak ikut snorkling, mereka nontonin gue yang TERNYATA rok nya keangkat selama di lautan. Ralat, gue yakin tidak semua orang itu adalah peserta, karena muka-mukanya ga pernah gue lihat sebelumnya, dan kebanyakan yang ga ikut snorkling adalah mas-mas atau bapak bapak. Sepertinya, mereka hanya numpang di kapal ini. Gue pun ga bisa berenang, jadi gue nempel-nempel dan digeret Puji. Ditambah lagi, Mangara motretin gue dari paling atas kapal, sambil teriak-teriak, yang jelas-jelas jadi bikin semua mata tertuju ke gue. BABI!



            Setelah selesai, sekitar pukul 13.00 kita sampai di homestay. Kita diberi waktu untuk persiapan pulang, mandi, dan makan. Di aula terbuka sudah ada para peserta baru yang sedang menunggu kita pergi dari homestay kita. Hahaha. Tapi bedanya, disini ga ada yang maksa atau memburu-burukan. Semuanya adem ayem aja. Good bye Pulau Sebesi..

            Setelah sampai di Dermaga Canti, kitapun naik angkot lagi menuju Pelabuhan Bakauheni. Di kapal feri, akhirnya kita bisa dapet tempat tidur! Ini tempat tidurnya pun bukan yang bertingkat ya, tetapi berupa matras dan di tiap matras ada colokannya, ber-AC, dan BERFUNGSI. Walaupun kita harus merogoh kocek lebih (gue lupa berapa, 10 ribu mungkin?) tetapi nyaman banget, 2 jam itu bener-bener ga kerasa. Oh iya, kita masing masing beda matras kok. Awalnya kita tidur di karpet sekitar situ tau, tapi karena beberapa ada yang pindah, akhirnya buat kita deh.

            Ya udah itu aja gengs trip Krakatau kita. Ini sekaligus jadi trip terakhir buat gue, di tahun 2018. Sedih gak? Haha. Selebihnya gue cuma ke Bandung, Malang, Surabaya, gitu-gitu aja. 
Oh iya, Krakatau sekarang lagi parah ya. Kita doakan saja supaya keadaan semuanya baik baik saja. Dan waktu itu gue sempet kaget, menurut kompas.com, Anak Krakatau gempa kecil tanggal 18 Juni 2018. Lah, gue disana tanggal 17, alias 1 hari sebelumnya. Puji Tuhan kami bisa sampai dirumah masing-masing dengan selamat.
Share:

Krakatau Day 2: Mangkir dari 1 Itinerary Tour.

            Setelah sampai di Pelabuhan Bakauheni, Lampung, kita langsung diarahkan menuju angkot-angkot kuning berplat BE. Ini pertama kalinya gue ke pulau Sumatera. Padahal masih Lampung juga sih, hehehe. Pertama kali juga gue melihat sebuah restoran di pelabuhan ini yang bertuliskan “Masakan Jawa Barat”. Entah kenapa, aneh aja gue bacanya. Nah, pas pembagian angkot ini juga kita bertiga sombong, maunya lambat-lambatin dateng ke angkotnya supaya angkot yang pertama full terisi dahulu, setelah itu kita disewain angkot ke-2 yang masih kosong. Kita se-angkot sama Mas Bro. Dia duduk di kursi yang paling deket sama pintu angkot, terus tidur. Beneran tidur! Dan ngorok. Kita cekikikan aja ngeliatin Mas Bro tidur, soalnya gayanya kocak wkwk. 


            Subuh-subuh, jam 5-6, kita sampai di Dermaga Canti. Nanti dari sini, kita akan naik kapal menuju Pulau Sebesi. Tapi kita dikasih waktu untuk mandi, makan, dan siap-siap. Pas gue lagi mandi, orang-orang diluar teriakin gue, “Buruan dong, masih banyak nih yang mau mandi!”. Abis mandi, kita bertiga makan di warteg deket situ. Terus disuruh buru-buru kan, akhirnya kita langsung masuk ke kapal. Setelah sampai di kapal, ada pemberitahuan barang ketinggalan. Ternyata yang ketinggalan itu adalah tas gue! HAHA sampe dimarahin mas dari tour lain coba. Terus si Mangara buru-buru sampe lupa bayar makanan dia. Dan sampe sekarang pun ga dibayar.




            Nah, jam 08.00 kapal berangkat. Kapalnya ini juga beda dari yang pernah gue naikin selama ini. Agak mirip sama kapal gue pas di Gili Ketapang. Kita bisa duduk di paling atas, ataupun di bawah. Jadi kalau hujan, ya tinggal duduk di bagian bawah. DAN INI KAPALNYA JUGA MENGANGKUT BEBERAPA MOTOR, pemirsa! Spot pertama kita sebelum sampai di Pulau Sebesi itu adalah Pulau Sebuku Kecil. Disitu kita foto-foto aja. Setelah itu barulah kita ke tempat snorkling di Sebuku Besar. Oh iya, di trip kali ini gue hanya mengincar Krakatau-nya aja. Jadi itinerary seperti snorkling rasanya ingin gue skip haha. Siangnya sekitar jam 11.30, kami akhirnya sampai di Pulau Sebesi. Kita langsung diarahkan ke homestay. Disini homestaynya bagus, bersih, luas, dan mereka tidak bohong bahwa homestay ini viewnya memang langsung kearah pantai. 1 AC untuk 1 kamar, walaupun ternyata AC nya ga nyala dan diganti kipas angin. Kasurnya pun spring bed, di setiap kamar ada kamar mandi. Jadi, walaupun kita gabung kamar dengan peserta lain, tetap beda kasur. Kasurnya pun besar, gue sekasur dengan Puji aja masih terasa luas. 










Setelah itu kita makan. Setelah makan, foto-foto sebentar, lalu kita ke kamar. Gue dan Puji tidur. Sebenarnya di siang itu sekitar jam 2 seharusnya kita menuju Sebuku Besar lagi dan Umang-Umang. Tapi karena gue tidur, ketika dibangunin, Puji beralasan kami sedang sakit dan takut ga sanggup untuk nanti malam ke Krakatau, akhirnya kita boleh skip! Padahal bukan sakit, emang kitanya yang mager aja. Mangara pun akhirnya ikutan skip 1 itinerary itu. Kita malah bikin acara sendiri HAHAHA. Tidur-tiduran, ngeringin rambut, rekam video masterpiece, jalan-jalan ke pantai di Sebesi itu, foto-foto. Kita melihat sunset pun di depan dermaga Sebesi. 










Beberapa menit kemudian, rombongan kami datang. Setelah itu kami makan, dan BBQ an. BBQ ini betulan kita yang membakar sendiri dan makan sendiri, tidak harus dicari ke seluruh pulau terlebih dahulu dan ujung-ujungnya diantar ke homestay masing-masing, ups. Setelah itu kita tidur, karena dinihari nanti harus berangkat ke Anak Krakatau!
Share:

Krakatau Day 1: Baru Nginjek Tanah Jakarta, langsung OTW Merak!



Sebenernya postingan kali ini adalah lanjutan dari post Pulau Harapan ya, karena masih di hari yang sama, setelah sorenya sampai di Pelabuhan Kaliadem, gue dan Mangara lanjut lagi tour berikutnya yaitu Krakatau selama 3 hari 2 malam (15-17 Juni 2018). Untuk trip kali ini, gue bertiga, bersama Mangara (lagi-lagi) dan Puji (lagi). Kita bertiga titik temunya adalah di Stasiun Manggarai, lebih tepatnya di Starbucks Stasiun Manggarai. Untuk sampai di stasiun tersebut, gue dan Mangara dianter sama Om Ramon dan keluarga, ke Stasiun Jakarta Kota. Tapi, ditengah jalan, kita diajak makan dulu di salah satu restoran bakmi (non-halal) di daerah Mangga Besar. Dibayarin, pula. Makasih om dan tante!


Nah, meeting point kita bersama tour agent Krakatau adalah di Pelabuhan Merak, jam 23.00. Rencana awalnya adalah dari Stasiun Manggarai itu kita naik KRL lagi menuju Stasiun Rangkasbitung (Transit di St. Tanah Abang). Dari St. Rangkasbitung itulah baru kita naik kereta api lokal menuju Stasiun Merak, dari situ tinggal jalan kaki menuju Pelabuhan Merak. Harga tiketnya hanya Rp. 3000,-. Tapi, kereta api lokal ini hanya ada di jam-jam tertentu saja, paling malam jam 8, dengan waktu tempuh sekitar 2-3 jam. Pas sekali rasanya untuk meeting point jam 23.00.

Tetapi, yang sudah direncanakan biasanya tidak semulus jalan tol, Ferguso. Karena itinerary di Pulau Harapan ngaret, dan ditambah gue bersama Mangara juga masih makan di Mangga Besar (sebenarnya tanpa makan ini juga udah telat sih, dengan makan berarti lebih telat lagi), akhirnya kita ga sempat mengejar kereta lokal yang jam 8 malam itu. KRL yang kita naiki pun ternyata hanya berhenti sampai Stasiun Maja, 2 stasiun sebelum St. Rangkasbitung. Kita terlambat 1 jam pemirsa, sampai situ udah jam 9 malam. Selama di KRL, gue joget-joget muterin tiang kereta sambil lomba lari aja, soalnya sepi.

Di St. Maja, kita ga tau harus kemana dan naik apa, buat sampai di Pelabuhan Merak. Kalau naik Grab, mahal, sekitar 200 ribu. Akhirnya kita tanya ke polisi yang lagi bertugas di stasiun itu, naik apa kalau dari sini ke pelabuhan. Katanya, naik angkot, abis itu naik bus, abis itu turun dan naik bus yang lain lagi. Dan itu ribet, kita gatau kalau naik angkot harus turun disebelah mana, naik bus yang mana dan turun dimana, belum lagi kalau pada ngetem, dan ujung-ujungnya kita terlambat dan ditinggal rombongan tour. Kita panik (lebih tepatnya pasang muka sepanik mungkin, walau dalam hati emang panik).

Tiba-tiba, Pak Polisi bilang kalau beliau mau antar kami ke terminal! Yang berarti, kita tinggal naik bus 1x untuk sampai ke Pelabuhan Merak. Kita tidak perlu naik angkot dan pindah bus. Beliau mengantar kami naik mobil, mobil biasa kok, bukan mobil tahanan HAHA. Saat itu kami senang, dan ketika di mobil, diam-diam Puji membuka aplikasi grab dan ternyata kalau naik grabcar dari stasiun tadi ke terminal yang dimaksud, memakan biaya 200 ribuan! Itupun kalau ada yang mau nge-pick, hari ini kan lagi Lebaran. Bisa ditebak, waktu perjalanan juga tidak singkat. 


Sesampainya di terminal, Pak Polisi menurunkan kami tepat di dekat bus yang akan berangkat, sambil menunjuk, “Naik bus yang itu ya”. Tuhan memang mengirim Bapak ini untuk memudahkan perjalanan kami. Terimakasih, Pak! Perjalanan naik bus juga berjalan lancar.

Akhirnya kami tiba di Pelabuhan Merak jam 23.30. terlambat 30 menit dari waktu meeting point. Tapi kami pikir, ya pasti kapalnya berangkat gak jam segitu. Oh iya, untuk tour kali ini, tour leader kami udah buat grup di Whatsapp yang isinya para peserta tour. Jadi untuk lokasi titik temu lebih rincinya, bertanya-tanya, janjian, dan memastikan semua peserta sudah di Pelabuhan, bisa di grup itu. Nama panggilan tour leader kami adalah Mas Bro. Orangnya baik, sabar, dan sedikit mirip Rano Karno. Tapi emang kitanya yang minta di blacklist, udah telat, setelah ketemu Mas Bro pun bukannya duduk anteng tapi malah pergi lagi cari makan, ke indomaret, dan ATM.



Setelah briefing dan doa bersama, kitapun masuk ke kapal Feri. Kita boleh ambil tempat duduk dimana aja, tapi kalo mau upgrade ke kabin yang lebih bagus, kita bayar lagi Rp 5.000-10.000. Kalo kita bisa cepet cari tempat, sih, kita juga bisa kok dapet yang nyaman. Sayangnya pas itu kita udah didahuluin banyak orang, jadi ‘cuma’ dapet tempat duduk berupa sofa aja. Padahal kalo lebih cepet, bisa dapet yang pakai kasur. Tapi, di sofa pun gue tetep bisa tidur. Waktu itu, karena lebaran, jadi rame banget. Kita bertiga sampe mencar loh, ada yang jagain tempat, yang lain cari tempat yang lebih nyaman, terus nyasar. Berasa kejar-kejaran ala Jack and Rose film Titanic HAHA. Gue baru pertama kali naik Feri besar macem begini. Kalau yang penyebrangan Jawa-Bali, kurang besar, kurang bagus, kurang nyaman dan kurang fasilitas. Tak terasa, tiba-tiba udah sampai aja. Perjalanan 2 jam.
Share:

Kamis, 03 Januari 2019

Pulau Harapan Day 2: “Kembalikan 400 Ribu Kami!”

Pagi harinya gue terbangun karena ditendangin Yose. Kita harus checkout jam 9 pagi, karena homestaynya bakal dihuni pengunjung lain. Tetapi namanya juga rombongan, dan kamar mandinya hanya 3 di homestay ini, dan yang lebih penting adalah, air kamar mandi dimatikan, dan baru dinyalakan lagi jam 9! Jadi yang belum kebagian air mandi, ya harus tunggu sampai jam 9 itu. Karena itu, ibu-ibu rese dari grup lain marahin kita, sambil bilang, “Mbak gausah pada mandi lah, saya kan kemaren udah bilang jam 9 itu udah harus keluar, kita juga disini biasa ga mandi” dalam hati kita, “Yee, itu emang elunya aja yang jorok!”. Dan ya, kita tetep kekeuh mau mandi. Haha.

            Setelah bawa semua barang kita, kita menuju spot terakhir yaitu Pulau Sepa. Nah, disini lumayan kalau untuk foto-foto bagus. Segala ketidak-puasan kita terhadap hari kemarin bisa lumayan sembuh lah karena ke spot ini. Tapi tetep aja, disini Yose marah sama mas tournya, kenapa acara ga sesuai sama itinerary dan kita ga dapet fasilitas sesuai paket (contoh: mereka menjanjikan giant floaties tapi kita ga dapet). Nah, disini kita juga foto sama keluarga Om Ramon yang se-homestay dengan kita (ini bukan keluarga yang nyebelin itu loh!). 



            Akhirnya tibalah saatnya kami untuk kembali ke Dermaga di pulau Harapan. Kita disitu menunggu kapal datang, sambil jajan-jajan. Disitu kita juga main sama Echo. Nah, ternyata di kapal, kondisinya lebih parah. Kita bener-bener duduk di lantai dan dempet-dempetan kayak pepes. Dengkul ketemu dengkul lah, dan kita duduk di belakang pintu kapal. Kalau mau tidur, ya tidur di tumpukan tas kita. Buset dah, kita udah berasa TKI yang naik kapal budak dan siap dikirim ke berbagai negara! Sambil ngeluh, sambil bercanda juga, “Kembalikan 400 ribu kami!” hahaha ngakak. Tapi, kapan lagi kan kita jalan-jalan kayak gini, gue sih seneng. Yuk, kemana lagi kita?
Share: