Sebenernya postingan kali ini adalah lanjutan dari
post Pulau Harapan ya, karena masih di hari yang sama, setelah sorenya sampai
di Pelabuhan Kaliadem, gue dan Mangara lanjut lagi tour berikutnya yaitu
Krakatau selama 3 hari 2 malam (15-17 Juni 2018). Untuk trip kali ini, gue
bertiga, bersama Mangara (lagi-lagi) dan Puji (lagi). Kita bertiga titik
temunya adalah di Stasiun Manggarai, lebih tepatnya di Starbucks Stasiun
Manggarai. Untuk sampai di stasiun tersebut, gue dan Mangara dianter sama Om
Ramon dan keluarga, ke Stasiun Jakarta Kota. Tapi, ditengah jalan, kita diajak
makan dulu di salah satu restoran bakmi (non-halal) di daerah Mangga Besar.
Dibayarin, pula. Makasih om dan tante!
Nah, meeting point kita bersama tour agent Krakatau adalah
di Pelabuhan Merak, jam 23.00. Rencana awalnya adalah dari Stasiun Manggarai itu
kita naik KRL lagi menuju Stasiun Rangkasbitung (Transit di St. Tanah Abang).
Dari St. Rangkasbitung itulah baru kita naik kereta api lokal menuju Stasiun
Merak, dari situ tinggal jalan kaki menuju Pelabuhan Merak. Harga tiketnya
hanya Rp. 3000,-. Tapi, kereta api lokal ini hanya ada di jam-jam tertentu
saja, paling malam jam 8, dengan waktu tempuh sekitar 2-3 jam. Pas sekali rasanya
untuk meeting point jam 23.00.
Tetapi, yang sudah direncanakan biasanya tidak semulus
jalan tol, Ferguso. Karena itinerary di Pulau Harapan ngaret, dan ditambah gue
bersama Mangara juga masih makan di Mangga Besar (sebenarnya tanpa makan ini
juga udah telat sih, dengan makan berarti lebih telat lagi), akhirnya kita ga
sempat mengejar kereta lokal yang jam 8 malam itu. KRL yang kita naiki pun
ternyata hanya berhenti sampai Stasiun Maja, 2 stasiun sebelum St.
Rangkasbitung. Kita terlambat 1 jam pemirsa, sampai situ udah jam 9 malam. Selama
di KRL, gue joget-joget muterin tiang kereta sambil lomba lari aja, soalnya
sepi.
Di St. Maja, kita ga tau harus kemana dan naik apa,
buat sampai di Pelabuhan Merak. Kalau naik Grab, mahal, sekitar 200 ribu.
Akhirnya kita tanya ke polisi yang lagi bertugas di stasiun itu, naik apa kalau
dari sini ke pelabuhan. Katanya, naik angkot, abis itu naik bus, abis itu turun
dan naik bus yang lain lagi. Dan itu ribet, kita gatau kalau naik angkot harus
turun disebelah mana, naik bus yang mana dan turun dimana, belum lagi kalau
pada ngetem, dan ujung-ujungnya kita terlambat dan ditinggal rombongan tour.
Kita panik (lebih tepatnya pasang muka sepanik mungkin, walau dalam hati emang
panik).
Tiba-tiba,
Pak Polisi bilang kalau beliau mau antar kami ke terminal! Yang berarti, kita tinggal
naik bus 1x untuk sampai ke Pelabuhan Merak. Kita tidak perlu naik angkot dan
pindah bus. Beliau mengantar kami naik mobil, mobil biasa kok, bukan mobil
tahanan HAHA. Saat itu kami senang, dan ketika di mobil, diam-diam Puji membuka
aplikasi grab dan ternyata kalau naik grabcar dari stasiun tadi ke terminal
yang dimaksud, memakan biaya 200 ribuan! Itupun kalau ada yang mau nge-pick,
hari ini kan lagi Lebaran. Bisa ditebak, waktu perjalanan juga tidak singkat.
Sesampainya
di terminal, Pak Polisi menurunkan kami tepat di dekat bus yang akan berangkat,
sambil menunjuk, “Naik bus yang itu ya”. Tuhan memang mengirim Bapak ini untuk
memudahkan perjalanan kami. Terimakasih, Pak! Perjalanan naik bus juga berjalan
lancar.
Akhirnya
kami tiba di Pelabuhan Merak jam 23.30. terlambat 30 menit dari waktu meeting
point. Tapi kami pikir, ya pasti kapalnya berangkat gak jam segitu. Oh iya,
untuk tour kali ini, tour leader kami udah buat grup di Whatsapp yang isinya
para peserta tour. Jadi untuk lokasi titik temu lebih rincinya, bertanya-tanya,
janjian, dan memastikan semua peserta sudah di Pelabuhan, bisa di grup itu.
Nama panggilan tour leader kami adalah Mas Bro. Orangnya baik, sabar, dan
sedikit mirip Rano Karno.
Tapi
emang kitanya yang minta di blacklist, udah telat, setelah ketemu Mas Bro pun bukannya duduk anteng tapi malah pergi lagi cari
makan, ke indomaret, dan ATM.
Setelah briefing dan doa bersama, kitapun masuk ke kapal
Feri. Kita boleh ambil tempat duduk dimana aja, tapi kalo mau upgrade ke kabin
yang lebih bagus, kita bayar lagi Rp 5.000-10.000. Kalo kita bisa cepet cari
tempat, sih, kita juga bisa kok dapet yang nyaman. Sayangnya pas itu kita udah
didahuluin banyak orang, jadi ‘cuma’ dapet tempat duduk berupa sofa aja. Padahal
kalo lebih cepet, bisa dapet yang pakai kasur. Tapi, di sofa pun gue tetep bisa
tidur. Waktu itu, karena lebaran, jadi rame banget. Kita bertiga sampe mencar
loh, ada yang jagain tempat, yang lain cari tempat yang lebih nyaman, terus
nyasar. Berasa kejar-kejaran ala Jack and Rose film Titanic HAHA. Gue baru
pertama kali naik Feri besar macem begini. Kalau yang penyebrangan Jawa-Bali,
kurang besar, kurang bagus, kurang nyaman dan kurang fasilitas. Tak terasa,
tiba-tiba udah sampai aja. Perjalanan 2 jam.
0 komentar:
Posting Komentar