Lebih dari sekedar destinasi

Jumat, 04 Januari 2019

Krakatau Day 1: Baru Nginjek Tanah Jakarta, langsung OTW Merak!



Sebenernya postingan kali ini adalah lanjutan dari post Pulau Harapan ya, karena masih di hari yang sama, setelah sorenya sampai di Pelabuhan Kaliadem, gue dan Mangara lanjut lagi tour berikutnya yaitu Krakatau selama 3 hari 2 malam (15-17 Juni 2018). Untuk trip kali ini, gue bertiga, bersama Mangara (lagi-lagi) dan Puji (lagi). Kita bertiga titik temunya adalah di Stasiun Manggarai, lebih tepatnya di Starbucks Stasiun Manggarai. Untuk sampai di stasiun tersebut, gue dan Mangara dianter sama Om Ramon dan keluarga, ke Stasiun Jakarta Kota. Tapi, ditengah jalan, kita diajak makan dulu di salah satu restoran bakmi (non-halal) di daerah Mangga Besar. Dibayarin, pula. Makasih om dan tante!


Nah, meeting point kita bersama tour agent Krakatau adalah di Pelabuhan Merak, jam 23.00. Rencana awalnya adalah dari Stasiun Manggarai itu kita naik KRL lagi menuju Stasiun Rangkasbitung (Transit di St. Tanah Abang). Dari St. Rangkasbitung itulah baru kita naik kereta api lokal menuju Stasiun Merak, dari situ tinggal jalan kaki menuju Pelabuhan Merak. Harga tiketnya hanya Rp. 3000,-. Tapi, kereta api lokal ini hanya ada di jam-jam tertentu saja, paling malam jam 8, dengan waktu tempuh sekitar 2-3 jam. Pas sekali rasanya untuk meeting point jam 23.00.

Tetapi, yang sudah direncanakan biasanya tidak semulus jalan tol, Ferguso. Karena itinerary di Pulau Harapan ngaret, dan ditambah gue bersama Mangara juga masih makan di Mangga Besar (sebenarnya tanpa makan ini juga udah telat sih, dengan makan berarti lebih telat lagi), akhirnya kita ga sempat mengejar kereta lokal yang jam 8 malam itu. KRL yang kita naiki pun ternyata hanya berhenti sampai Stasiun Maja, 2 stasiun sebelum St. Rangkasbitung. Kita terlambat 1 jam pemirsa, sampai situ udah jam 9 malam. Selama di KRL, gue joget-joget muterin tiang kereta sambil lomba lari aja, soalnya sepi.

Di St. Maja, kita ga tau harus kemana dan naik apa, buat sampai di Pelabuhan Merak. Kalau naik Grab, mahal, sekitar 200 ribu. Akhirnya kita tanya ke polisi yang lagi bertugas di stasiun itu, naik apa kalau dari sini ke pelabuhan. Katanya, naik angkot, abis itu naik bus, abis itu turun dan naik bus yang lain lagi. Dan itu ribet, kita gatau kalau naik angkot harus turun disebelah mana, naik bus yang mana dan turun dimana, belum lagi kalau pada ngetem, dan ujung-ujungnya kita terlambat dan ditinggal rombongan tour. Kita panik (lebih tepatnya pasang muka sepanik mungkin, walau dalam hati emang panik).

Tiba-tiba, Pak Polisi bilang kalau beliau mau antar kami ke terminal! Yang berarti, kita tinggal naik bus 1x untuk sampai ke Pelabuhan Merak. Kita tidak perlu naik angkot dan pindah bus. Beliau mengantar kami naik mobil, mobil biasa kok, bukan mobil tahanan HAHA. Saat itu kami senang, dan ketika di mobil, diam-diam Puji membuka aplikasi grab dan ternyata kalau naik grabcar dari stasiun tadi ke terminal yang dimaksud, memakan biaya 200 ribuan! Itupun kalau ada yang mau nge-pick, hari ini kan lagi Lebaran. Bisa ditebak, waktu perjalanan juga tidak singkat. 


Sesampainya di terminal, Pak Polisi menurunkan kami tepat di dekat bus yang akan berangkat, sambil menunjuk, “Naik bus yang itu ya”. Tuhan memang mengirim Bapak ini untuk memudahkan perjalanan kami. Terimakasih, Pak! Perjalanan naik bus juga berjalan lancar.

Akhirnya kami tiba di Pelabuhan Merak jam 23.30. terlambat 30 menit dari waktu meeting point. Tapi kami pikir, ya pasti kapalnya berangkat gak jam segitu. Oh iya, untuk tour kali ini, tour leader kami udah buat grup di Whatsapp yang isinya para peserta tour. Jadi untuk lokasi titik temu lebih rincinya, bertanya-tanya, janjian, dan memastikan semua peserta sudah di Pelabuhan, bisa di grup itu. Nama panggilan tour leader kami adalah Mas Bro. Orangnya baik, sabar, dan sedikit mirip Rano Karno. Tapi emang kitanya yang minta di blacklist, udah telat, setelah ketemu Mas Bro pun bukannya duduk anteng tapi malah pergi lagi cari makan, ke indomaret, dan ATM.



Setelah briefing dan doa bersama, kitapun masuk ke kapal Feri. Kita boleh ambil tempat duduk dimana aja, tapi kalo mau upgrade ke kabin yang lebih bagus, kita bayar lagi Rp 5.000-10.000. Kalo kita bisa cepet cari tempat, sih, kita juga bisa kok dapet yang nyaman. Sayangnya pas itu kita udah didahuluin banyak orang, jadi ‘cuma’ dapet tempat duduk berupa sofa aja. Padahal kalo lebih cepet, bisa dapet yang pakai kasur. Tapi, di sofa pun gue tetep bisa tidur. Waktu itu, karena lebaran, jadi rame banget. Kita bertiga sampe mencar loh, ada yang jagain tempat, yang lain cari tempat yang lebih nyaman, terus nyasar. Berasa kejar-kejaran ala Jack and Rose film Titanic HAHA. Gue baru pertama kali naik Feri besar macem begini. Kalau yang penyebrangan Jawa-Bali, kurang besar, kurang bagus, kurang nyaman dan kurang fasilitas. Tak terasa, tiba-tiba udah sampai aja. Perjalanan 2 jam.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar